Blog Details
Ketika Piring Keluarga Berbicara: Harga Pangan, Pola Makan, dan Gizi di Kantong Cekak Kota

Ketika Piring Keluarga Berbicara: Harga Pangan, Pola Makan, dan Gizi di Kantong Cekak Kota

By 
October 29, 2025
12
bimbingan skripsi Malang

Harga pangan yang terus merangkak naik menjadi momok menakutkan bagi banyak keluarga, terutama mereka yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Kenaikan harga ini bukan hanya sekadar angka di rak supermarket, namun berdampak langsung pada apa yang bisa diletakkan di atas meja makan dan, lebih jauh lagi, pada kesehatan dan gizi seluruh anggota keluarga. Lalu, bagaimana sebenarnya sensitivitas harga pangan memengaruhi pola konsumsi dan status gizi keluarga-keluarga ini?

Sensitivitas Harga Pangan: Tekanan Ekonomi di Balik Meja Makan

Dampak Langsung pada Daya Beli

Keluarga berpenghasilan rendah di daerah urban seringkali memiliki anggaran yang terbatas. Kenaikan harga pangan, meskipun kecil, dapat secara signifikan mengurangi daya beli mereka. Alhasil, keluarga terpaksa mengurangi volume atau mengganti jenis makanan yang dikonsumsi.

Perubahan Pola Konsumsi

Ketika harga pangan naik, pilihan makanan yang tersedia menjadi lebih terbatas.

  • Pengurangan Konsumsi Protein: Daging, ikan, dan telur, yang kaya protein, seringkali menjadi korban pertama karena harganya yang relatif mahal.
  • Peningkatan Konsumsi Karbohidrat: Makanan pokok seperti nasi dan mie, yang lebih murah, menjadi andalan, meskipun kurang nutrisi.
  • Ketergantungan pada Makanan Olahan: Makanan olahan yang murah dan mudah didapatkan seringkali menggantikan makanan segar dan bergizi.

Pengaruh pada Status Gizi Keluarga

Kekurangan Gizi Mikro

Perubahan pola konsumsi akibat kenaikan harga pangan dapat menyebabkan kekurangan gizi mikro. Kurangnya asupan vitamin dan mineral penting, seperti zat besi, vitamin A, dan yodium, dapat berdampak buruk pada kesehatan, terutama pada anak-anak dan ibu hamil.

Stunting dan Wasting

Pada anak-anak, kekurangan gizi kronis dapat menyebabkan stunting (pendek) dan wasting (kurus). Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif dan kemampuan belajar.

Obesitas dan Penyakit Tidak Menular

Ironisnya, kenaikan harga pangan juga dapat berkontribusi pada obesitas dan penyakit tidak menular. Hal ini terjadi karena keluarga cenderung mengonsumsi makanan olahan tinggi gula, garam, dan lemak yang lebih murah.

Strategi Adaptasi Keluarga Berpenghasilan Rendah

Diversifikasi Sumber Penghasilan

Salah satu cara untuk mengatasi dampak kenaikan harga pangan adalah dengan mencari sumber penghasilan tambahan. Hal ini bisa dilakukan dengan bekerja sampingan, membuka usaha kecil-kecilan, atau mengikuti pelatihan keterampilan.

Memaksimalkan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Menanam sayuran dan buah-buahan di pekarangan rumah dapat membantu mengurangi pengeluaran untuk membeli makanan. Selain itu, kegiatan ini juga dapat meningkatkan akses terhadap makanan segar dan bergizi.

Perencanaan Belanja yang Cermat

Membuat daftar belanja sebelum pergi ke pasar dan membandingkan harga di berbagai tempat dapat membantu menghemat pengeluaran. Selain itu, membeli bahan makanan dalam jumlah besar saat harga sedang murah juga bisa menjadi strategi yang efektif.

Edukasi Gizi

Penting bagi keluarga berpenghasilan rendah untuk mendapatkan edukasi tentang gizi yang seimbang. Pengetahuan tentang makanan yang bergizi dan terjangkau dapat membantu mereka membuat pilihan makanan yang lebih sehat.

Peran Pemerintah dan Lembaga Sosial

Stabilisasi Harga Pangan

Pemerintah memiliki peran penting dalam menstabilkan harga pangan melalui berbagai kebijakan, seperti subsidi, pengendalian impor, dan pengawasan pasar.

Program Bantuan Pangan

Program bantuan pangan, seperti beras sejahtera (rastra) atau bantuan pangan non tunai (BPNT), dapat membantu meringankan beban keluarga berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan, pendampingan usaha, dan edukasi gizi dapat membantu meningkatkan kemandirian ekonomi dan kesehatan keluarga.

Studi Kasus: Dampak Harga Cabai Terhadap Keluarga di Surabaya

Pada tahun 2022, kenaikan harga cabai yang signifikan di Surabaya memaksa banyak keluarga berpenghasilan rendah untuk mengurangi konsumsi cabai secara drastis. Beberapa keluarga bahkan tidak mampu membeli cabai sama sekali. Hal ini berdampak pada rasa makanan yang kurang menggugah selera dan mengurangi asupan vitamin C yang terkandung dalam cabai. Kenaikan harga pangan adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif. Dengan strategi adaptasi yang tepat, dukungan pemerintah, dan pemberdayaan masyarakat, diharapkan keluarga berpenghasilan rendah di daerah urban dapat mengatasi dampak negatif kenaikan harga pangan dan meningkatkan status gizi mereka. Jika kamu ingin konsultasi langsung dengan tim kami, klik tombol Konsultasi Gratis Sekarang. Baca Juga Artikel Lainnya

Make a Comment

Penawaran Spesial

Rp. 4.000.000
Favorit

FULL BAB Skripsi

  • Pembuatan Judul
  • Pembuatan Outline
  • 28 Hari Pengerjaan
  • Pembuatan Data
  • Pengujian Data
  • Revisi 6 x
  • Mentoring 6 x
  • Bebas plagiat
  • Garansi uwang kembali (up to 100% refund)
  • Garansi ACC
  • Privasi Terjamin 100%
  • Citasi
  • Konsultan Berpengalaman

Recent Posts

Categories

Tag Cloud